Mengenai Saya

Foto saya
Argo Mino Arum telah berdiri sejak hari Selasa tanggal 6 Juni 2006. Pendirian kelompok ini atas dasar pertemuan yang dilakukan di serambi Masjid Al-Falaah Semaken, Banjararum, Kalibawang Kulon Progo. Pendirian ini didasarkan atas pentingnya wadah untuk ajang silaturahmi dan pengelolaan budidaya perikanan itu sendiri agar menjadi suatu perikanan yang tangguh, handal, dan berpotensi. Pendirian ini tidaklah lepas atas dukungan dan binaan dari Kelompok Budidaya Perikanan Trunojoya Wates dan Kelompok Budidaya Perikanan Argomino Nanggulan. Argo Mino Arum beranggotakan dari para pembudidaya ikan yang berada si seputaran Desa Banjaraum, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo

Kamis, 15 Oktober 2009

SIPON KOLAM TERPAL

Selang air diameter 1,5 inci disiapkan, salah satu ujungnya diletakkan di tempat yang lebih rendah daripada dasar kolam (kalau memungkinkan pada saluran air) dan Ujung yang lain dicelupkan ke kolam. Kemudian ujung yang di luar kolam kemudian disedot hingga air kolam mengalir.
Setelah air mengalir, ujung selang yang di dalam kolam ditenggelamkan hingga ke dasar. Sambil ujung selang digeser/digerak-gerakkan sehingga endapan kolam tersedot keluar bersama air dasar kolam. Hal itu terus dilakukan di seluruh bagian kolam, hingga air yang keluar tidak mengandung endapan lagi.
Kalau sudah lihai, pada kolam dengan kedalaman air 90 cm, Setelah sifon air hanya berkurang 20 - 30 cm saja. Setelah itu, air kolam ditambah dengan air baru. Untuk mencegah masuknya penyakit Baru
air baru itu, kolam ditaburi garam 100 gram/ml.
Untuk lebih bagusnya lagi, buatlah alat khusus pengyponan dengan pralon 1,5 inchi yang dibuat bentuk menyerupai huruf T dengan lebar Tnya sekitar 0,5 meter, Lalu beri lubang diameter 1cm pada Tnya yang banyak menyerupai saringan, Ujung t yang satunya dihubungkan dengan selang pembuangan, sehingga penyedotan dapat dilakukan dengan lebih baik dan lebih efisien. Sapukan pipa pralon T tersebut ke dasar kolam menyerupai orang menggunakan penyedot debu. Secara pinsip, proses penyiponan adalah penyedotan kotoran-kotoran yang berada di dasar kolam terpal.
Menurut Wagiran, cara ini menghilangkan kotoran dan amonia dasar kolam yang bisa mengganggu kehidupan gurame. "Selain itu, kotoran juga sarang bakteri pengganggu," tandasnya. Sehingga, meskipun gurame sudah besar, sifon harus tetap dilakukan. "Kalau kolam tanah, kotoran dan amonia relatif bisa dinetralisasi secara alami oleh tanah dan mikroorganisme didalamnya. Itu yang tidak mungkin terjadi di kolam terpal papar mantan penghuni panti rehabilitasi narkoba ini.
Menurut pengalamannya, terlambat sifon 10 hari saja, gurame sudah Wenger (lemas). Seorang temannya pernah nekat tidak menyifon kolam karena gurame akan dipanen 20 hari dari jadwal sifon. "Dua minggu kemudian tiba-tiba gurame lemas dan akhirnya tengah malam mengambang. Padahal tidak ada tanda-tanda sakit," kisahnya. Akhirnya ia terpaksa memanen gurame satu pick up tengah malam. "Dijual sebisanya, yang penting dapat menekan kerugian," kata Wagiran.
Menurut Wagiran, ada beberapa keuntungan aplikasi kolam terpal pada budidaya gurame. Pertama, kolam mudah dibersihkan dan dikeringkan sehingga mata rantai penyakit bisa diputus. Kedua, panen gurame lebih mudah karena petakannya tidak luas. Ketiga, gurame tidak berbau lumpur karena kolam bebas kotoran. "Bakal (pedagang) ikan lebih suka gurarne eks terpal ini, karena disukai konsumen," tegasnya.
Untuk pembesaran, kolam terpal ukuran 4 x 8 M2 dengan kedalaman 90 cm biasa diisi 350 ekor benih size 4 ek/ kg. "Kepadatannya 10 ek/m2, lebih tinggi dari kolam tanah yang rata-rata 6 ekor /m2," sebutnya. Kepadatan kolam terpal lebih tinggi karena selalu disifon sehingga kadar amonia kolam rendah, dan terjadi sirkulasi air meski hanya sebulan sekali seusai sifon. Gurame pun menyebar baik di atas maupun di dasar kolam. Sedangkan di kolam tanah, gurame terkonsentrasi di permukaan karena di dasar kolam kadar amonia nya tinggi.

Tidak ada komentar: